Balikpapan Didaulat Wakili Indonesia

Wakil WaliKota Balikpapan Rizal Effendi  mengikuti pertemuan kota-kota ASEAN yang sudah maju pengelolaan lingkungannya di Yangon,  Myanmar, pekan lalu. Berikut catatannya.

TADINYA saya agak ragu berangkat ke Yangon. Saya pikir hanya pertemuan biasa, sehingga mudah dituduh sekadar mau jalan-jalan. Tapi Pak Wali mengatensi saya: program  dari ASEAN Working Group on Environmentally Sustainable Cities (AWGESC) ini sangat penting dihadiri. Akhirnya, saya putuskan berangkat didampingi Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Soufian AS, Kepala Dinas kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Tatang Sudirja dan Kepala Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Chaidar Chairulsyah.

Dari Jakarta kami bergabung dengan rombongan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Di antaranya , Asisten Deputi Pengelolaan Sampah Sudirman, dan Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Manufaktur, Prasarana dan Jasa Sabar Ginting, Kabid Daur Ulang dan Pemanfaatan Sampah Ratna Kartikasatri, sertaKasubid Pengembaangan Program Melda Mardalina. Ikut juga utusan Pemerintah Kota Makassar dan Pekanbaru.

Menurut DeputiBidang Pengelolaan B3, Limbah, dan Sampah KLH Masnellyarti Hilman, hasil pertemuan ke-8 AWGESC di Kuala Lumpur Mei 2010lalu adalah setiap negara dapat mengusulkan kota-kota untuk bergabung dalam ASEAN Initiative on Environmentally Sustainable Cities (AIES). Inisiatif  ini bertujuan meningkatkan kapasitas kota-kota di negara anggota ASEAN dalam pengelolaan lingkungan.

Keuntungan dari kota-kota yang bergabung dalam AIESC, akan diutamakan keikutsertaannya dalam kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan yang dilakukan oleh negara-negara ASEAN.

Indonesia melalui KLH sudah mengusulkan 3 kota, yaitu Pekanbaru, Padang, dan Palembang pada tahun 2008, dan Makassar dan Balikpapan pada 2010.

Tanpa diberitahu terlebih dahulu oleh KLH, dalam pertemuan di ibukota Myanmar itu, Balikpapan didaulat mewakili kota di Indonesia menyampaikan presentasi tentang pelaksanaan kegiatan, yang terkait dengan pengelolaan  pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan. “Saya kira Balikpapan layak untuk mewakili Indoenesia,” kata Ketua AWGESC Liana Bratasida, yang kebetulan juga dari Indonesia.

Kepada peserta AWGESC di antaranya dari Brunei Darussalam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, serta sejumlah utusan negara donor (USAID, CITYNET, ESCAP, JIKA dan IGES), saya menjelaskan tentang target lingkungan hidup Kota Balikpapan dan juga tipikal iklim dan topografi Balikpapan. Kota Balikpapan berkomitmen untuk mengalokasikan 52persenarea sebagai ruang terbuka hijau dan 48persensebagai daerah terbangun. Titik berat pengelolaan lingkungan di Kota Balikpapan difokuskan pada pengelolaan hutan dan konservasi keanekaragaman hayati, dan komitmen kita tidak melakukan penambangan batubara.

Saya kemukakan juga, Kota Balikpapan berhasil meningkatkan jumlah pohon yang ditanam pada tahun 2010, pengelolaan TPA sampah, air dan sanitasi. Kegiatan lainnya yang telah dilakukan dalam konteks ESC adalah pengelolaan udara bersih dan pendidikan lingkungan hidup.

Beberapa peserta memuji apa yang dilakukan Balikpapan. Mereka juga merekomendasikan agar kota kita terus mempertahankan komitmennya dan layak ditawarkan kepada lembaga-lembaga donor lingkungan untuk pembangunan di masa mendatang.

Ketika berlangsung diskusi di forum itu, Dr Liu Xin dari Tiongkok mempresentasikanaksinegerinya dalam mempromosikan gerakan inisiatif kota low carbon. Proyek pilot dilakukan di 5 provinsi dan 8 kota. Liu Xin menjelaskan tugas-tugas utama provinsi-provinsi dan kota-kota pilot, termasuk; mempersiapkan rencana pembangunan low carbon, dan memformulasikan kebijakan pendukung untuk pembangunan low carbon. Isu adaptasi dan mitigasi perubahan iklim memerlukan penanganan dalam “Twelfth Five-Year Plan”. Tiongkok juga membagi (informasi) bahwa terdapat banyak kesempatan (ekonomi) dengan mempromosikan kota low carbon.

Pertemuanini juga mencatat presentasiWendy Yap dari Singapore National Parks Board mengenai Singapore Index on City Biodiversity. Yap  menjelaskan tentang Singapore Index dan penggunaannya dalam penilaian, juga kontribusi keanekaragaman hayati untuk pembangunan kota.

Rencana selanjutnya untukSingapore Index adalah; mempublikasikan laporan analisispengalaman kota-kota mengenai Singapore Index, pandangan/penilaian global untuk tingkat lokal (daerah), kota, dan forum keanekaragaman hayati sebagai event parallel World Cities Summit (WCS) 2012, serta forum persiapanrekomendasi untuk AIESC dan AWGESC.

Saya tidak tahu kalau salah satu agenda yang dihasilkan dalam forum AWGESC itu, juga memilih peringkat kota-kota di ASEAN yang layak memperoleh award atau sertifikat lingkungan baik dalam kategori bersih udara, bersih air atau bersih daratannya.

Balikpapan yang dalam kelompok kota ASEAN masuk ketegori kota kecil (berpenduduk di bawah 750 ribu orang), di luar dugaan berada di peringkat kedua kategori clean land di bawah kota Phitsanulok (Thailand).

“Selamat, saya yakin dalam kesempatan di tahun-tahun mendatang Balikpapan akan lebih baik lagi. Sebab, kota ini sudah belasan kali menerima Adipura,” kata  Asdep Pengelolaan Sampah KLH Sudirman.(*/zal)

No comments: